Jalan Keluar dari Fitnah (Bagian VI – Selesai): Hikmah di Balik Ujian dan Cobaan

Hikmah di Balik Adanya Fitnah (Ujian dan Cobaan)

Allah berfirman,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. Al-Ankabut: 2-4).

Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy mengomentari ayat di atas dalam tafsir beliau (1/626): Allah memberitakan tentang kesempurnaan hikmah-Nya, bahwa hikmah Allah tidak menghendaki bahwa setiap orang yang berkata bahwa sesungguhnya dia beriman, dia mengaku bahwa dirinya memiliki kemimanan lantas dibiarkan dalam keadaan selamat dari fitnah dan cobaan. Dan keimanannya tidak diganggu oleh apapun saja. Kalau demikian halnya tentu tidak dapat dibedakan orang yang jujur dan orang yang dusta, orang yang benar dan orang yang salah. Akan tetapi telah berlaku ketetapan Allah bagi umat-umat terdahulu dan sekarang untuk menguji mereka dengan kelapangan dan kesempitan, dengan kesulitan dan kemudahan, dengan rasa suka dan duka, dengan kekayaan dan kemiskinan. Dan terkadang dihinakan oleh musuh-musuh mereka dengan ucapan dan perbuatan, dan sebagainya dari berbagai macam fitnah dan ujian. Yang semuanya itu kembali kepada fitnah syubuhat yang merusak aqidah dan fitnah syahawat yang merusak keinginan beramal.

Barangsiapa yang tetap dalam keimanan dan tidak goyah ketika datang fitnah syubuhat, bahkan dia menolaknya dengan al-haq (kebenaran) yang ada pada dirinya. Atau ketika datang fitnah syahwat yang membawa kepada maksiat dan dosa, atau memalingkannya dari apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Ia berjalan sesuai dengan tututan iman dan berusaha melawah nafsunya. hal ini semua menunjukkan akan kejujuran dan  kebenaran imannya.

Akan tetapi, barangsiapa yang ketika datangnya fitnah syubuhat timbul keraguan dan kebimbangan dalam hatinya atau ketika fitnah syahwat muncul justru mengarahkannya kepada perbuatan maksiat dan menghalanginya dari menjalankan kewajiban! Maka ini adalah pertanda tidak jujurnya ia dalam beriman.

Manusia dalam pada keadaan seperti ini bertingkat-tingkat, tiada yang mengetahuinya kecuali Allah. Ada yang sedikit dan ada yang banyak, kita memohon kepada Allah agar meneguhkan kita dengan perkataan yang kokoh di dunia dan di akhirat. Juga meneguhkan hati kita di atas agama-Nya. Sesungguhnya ujian dan cobaan bagi jiwa bagaikan tungku api yang mengeluatkan yang jelek dan yang jelek.

Dalam firman Allah yang lain,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ [البقرة/155-157]

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Di sebutkan dalm tafsir As-Sa’di (1/75): Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya sudah sepantasnya seorang hamba itu diuji dengan cobaan atau musibah, agar tampak jelas seorang hamba antara yang jujur dan dusta, tidak sabar dan yang sabar, ini merupakan Sunnatullah terhadap hamba-Nya; apabila kemakmuran terus berlangsung bagi ahli iman, tidak terjadi dengannya cobaan atau musibah, maka akan terjadi percampuran antara kebaikan dan keburukan, hikmah Allah menurunkan cobaan atau musibah untuk membedakan antara hamba yang baik dan yang buruk. Ini merupakan faidah dari cobaan, bukan menghilangkan keimanan dari kaum muslimin, dan memalingkan mereka dari Agama, Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan seorang mukmin, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan dalam ayat ini, sesungguhnya Dia akan menguji hamba-Nya (dengan sedikit ketakutan) yaitu dari musuh-musuh mereka. (الجوع) dan sedikit kelaparan, karena sesungguhnya apabila Allah menguji mereka dengan ketakutan atau kelaparan yang menyeluruh, maka mereka akan binasa, sedangkan cobaan atau musibah adalah membersihkan bukan membinasakan. (Kekurangan harta) ini mencakup semua kekurangan yang terjadi pada harta, dari bencana besar dari langit, tenggelam, hilang, diambil secara zalim oleh penguasa yang zalim, perampok, dan yang lainnya. (والأنفس) jiwa, yaitu perginya orang-orang yang dicintai, seperti anak, karib kerabat, dan teman, atau segala macam penyakit yang ada dalam tubuh seorang hamba, atau tubuh orang yang dicintainya. (والثمرات) biji-bijian, buah kurma, pohon-pohon yang lainnya, dan sayur-sayuran karena hujan es, dingin, terbakar, atau bencana langit lainnya, seperti hama belalang dan yang lainnya. Perkara ini semua pasti akan terjadi, karena sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui telah mengabarkannya, maka terjadilah seperti apa yang dikabarkan, Apabila perkara ini terjadi maka manusia akan pecah menjadi dua bagian: orang-orang yang tidak sabar dan yang sabar; orang yang tidak sabar, mereka akan mendapatkan dua musibah, kehilangan yang dia cintai, dengan adanya musibah ini, dan kehilangan yang lebih besar dari itu, yaitu pahala mengerjakan perintah Allah dengan bersabar, mereka memperoleh kerugian dan tidak mendapatkan pahala, juga berkurangnya keimanan pada mereka, hilangnya kesabaran, keridhaan dan bersyukur, dia mendapati pada dirinya (kemurkaan)yang menunjukkan atas kelemahannya.

Adapun bagi mereka yang Allah tunjukkan kepada kesabaran ketika menghadapi musibah, mereka dapat menahan perkataan dan perbuatannya dari kemarahan sehingga Allah tetapkan pahala (kebaikan) baginya. Dia mengetahui balasan atas kesabarannya itu lebih besar (manfaatnya) dari musibah yang menimpanya, bahkan musibah tersebut sejatinya adalah karunia baginya, karena musibah tersebut merupakan jalan yang menyampaikannya kepada sesuatu yang jauh lebih baik dan bermanfaat. Dia telah melakukan perintah Allah dengan baik dan layak mendapatkan balasan (pahala) atasnya. Oleh karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.” Maksudnya: Sampaikanlah kabar gembira bagi mereka karena telah menyempurnakan balasan yang tidak terhitung.

Wallahu a’lam.

-Selesai-

Penulis: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A.
Artikel www.Dzikra.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.