۩ Imam Syafi’i mewajibkan kepada orang yang berbicara tentang agama untuk berperdoman kepada Alquran dan Sunnah.
قال الشافعي : «كل متكلم على الكتاب والسنة فهو الحدّ الذي يجب، وكل متكلم على غير أصل كتاب ولا سنة فهو هذيان». (أخرجه البيهقي في «مناقب الإمام الشافعي»: 470)
Berkata Imam Syafi’I, “Setiap orang yang berbicara berdasarkan Alquran dan Sunnah, maka itu adalah ketentuan yang wajib diikuti. Dan setiap orang yang berbicara tidak berlandaskan kepada Alquran, dan tidak pula kepada Sunnah, maka itu adalah kebingungan.”[1]
قال المزني والربيع كنا يوما عند الشافعي إذ جاء شيخ فقال له أسأل قال الشافعي سل قال إيش الحجة في دين الله فقال الشافعي كتاب الله، قال وماذا قال سنة رسول الله…
Berkata Al Muzany dan Robi’: pada suatu hari saat kami berada di sisi Imam Syafi’i, tiba-tiba datang seorang orang tua lalu ia berkata kepada Imam Syafi’i: aku ingin bertanya. Jawab Imam Syafi’i silakan. Lalu ia berkata apakah hujjah dalam agma Allah? Maka Imam Syafi’i menjawab: kitab Allah (Alquran). Ia bertanya lagi: kemudian apa? Jawab Syafi’i: Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.“[2]
وقال أيضا رحمه الله تعالى ( شعرا )
( كل العلوم سوى القرآن مشغلة … إلا الحديث وإلا الفقه في الدين )
( العلم ما كان فيه قال حدثنا … وما سوى ذاك وسواس الشياطين )
Beliau ungkapkan dalam sebuah syair,
Setiap ilmu selain Alquran adalah melalaikan.
Kecuali ilmu hadits dan ilmu fiqh tentang agama.
Yang dikatakan ilmu adalah yang diriwayatkan.
Dan selain itu adalah bisikan-bisikan setan.[3]
Disini terlihat dimana Imam Syafi’i sangat mengagungkan Alquran dalam berdalil. Menurut Imam Syafi’i mestinya setiap orang menjadikan Alquran sebagai pedoman saat menentukan sebuah hukum atau berpendapat. Jika hal ini ia dilakukan maka pendapatnya berhak untuk diterima. Sebaliknya bila tidak pendapatnya adalah sebuah kebingungan. Orang tersebut adalah sibingung yang membuat kebingungan di tengah masyarakat.
Betapa banyaknya orang di zaman sekarang membuat kebingungan di tengah masyarakat dengan pendapat-pendapatnya. Baik dalam segi keyakinan dalam beragama maupun dalam segi kehidupan bernegara. Setiap orang bebas melontarkan setiap pendapat yang terlintas di benaknya, tanpa ada dasar pertimbangan terlebih dahulu.
Bahkan menurut Imam Syafi’i pendapat dan pemahaman yang tidak berdasarkan kapada dalil Alquran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bisikan-bisikan setan. Betapa banyak dizaman sekarang orang yang mengikuti bisikan-bisikan setan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari fitnah mereka.
۩ Sikap Imam Syafi’i terhadap orang yang meragukan keaslian Alquran.
قال الشافعي “ومن كفر بآية من كتاب الله كان كافرا”. (الأم للشافعي : ج 2 / ص 119، 120)
Berkata Imam Syafi’i: “Dan barangsiapa yang kafir dengan satu ayat dari kitab Allah (Alquran), ia telah menjadi kafir.”[4]
Demikian keyakinan Imam Syafi’i tentang keaslian dan kemurnian Alquran. Ungkapan Imam Syafi’i diatas berlandaskan kepada dalil-dalil yang baku dan solid.
Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
{إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ} [الحجر/9]
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Dalam ayat ini Allah telah menjamin menjaga kemurnian dan kesucian Alquran untuk selama-lamanya. Karena Alquran adalah kitab yang terakhir dan tidak ada lagi kitab suci setelah Alquran. Oleh sebab itu setiap ada usaha dari kaum kufar untuk merusak dan merubah keaslian Alquran senantiasa terbongkar dengan secepatnya. Jangan untuk merubah satu huruf dari Alquran satu titik huruf sekalipun tidak akan bisa dirubah.
Barangsiapa yang meragukan kemurnian Alquran berarti orang tersebut telah kafir dengan ayat ini. Barang siapa yang kafir dengan satu ayat saja dari Alquran maka ia telah kafir denga seluruh isi Alquran.
Sebagaimana firman Allah,
{ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (85) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآَخِرَةِ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ} [البقرة/85، 86]
“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.”
Ayat ini adalah celaan terhadap orang-orang Yahudi dan orang-orang yang menyerupai prilaku mereka dalam beriman kepada kitab Allah. Mereka beriman pada sebahagiannya dan kafir terhadap bahagian yang lain.
Namun, ada di negeri ini yang dianggap sebahagai sorang ahli tafsir justru tidak memahami ayat-ayat ini dengan baik. Malah Ia mendukung pendapat orang-orang Syia’ah Rafidhah yang meragukan keaslian dan kemurnian Alquran.
Sifat orang seperti ini telah digambarkan Rasulullah dalam sabdanya,
عن أبي مالك الأشعري قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم (والقرآن حجة لك أو عليك) رواه مسلم
Diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ary, ia berkata, telah bersabda rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Alquran sebagai hujjah bagi engkau atau menjadi hujjah di atas engkau.” (HR. Muslim).
Pada akhir-akhir ini banyak orang yang berani menghina dan mencela Alquran serta meragukan kemurnian dan keaslian Alquran. Bahkan ada sekelompok orang dari budak-budak orentalis ingin merefisi dan menamandemen Alquran. Mereka adalah orang-orang yang sudah buyar keimanannya ingin memposisikan Alquran sama dengan teori dan hukum buatan manusia.
Sebagaimana Allah berfirman,
{يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ } [الفتح/15]
“Mereka hendak merobah perkataan (hukum-hukum) Allah.”
Sikap ini bila kita timbang dengan ayat-ayat Alquran, tentu akan jelas siapa mereka dan di mana posisi mereka. Pendahulu mereka dan guru mereka dalam hal ini adalah orang-orang Yahudi, sebagaiamana dalam firman Allah berikut ini,
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا [النساء/46]
“Diantara orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya Mereka berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar. Dan (mereka mengatakan) : “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “Kami mendengar dan patuh, serta dengar dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman sedikit.”
Allah akan mengumpulkan mereka bersama-sama dalam neraka,
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ [البقرة/79]
“Maka kebinasaan (neraka) bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kebinasaan (neraka) bagi mereka akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri. Dan kebinasaan (neraka) bagi mereka akibat apa yang mereka kerjakan.”
۩ Sikap Imam Syafi’i terhadap orang yang meperolok-olokan Alquran.
قال الإمام الشافعي – رحمه الله – حين سئل عمن هزل بشيء من آيات الله تعالى: (هو كافر) واستدل بقول الله تعالى: { قُلْ أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ {65} لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Ketika Imam Syafi’i ditanya tentang orang yang berolok-olok dengan ayat-ayat Allah? Beliau menjawab: ia adalah kafir. Kemudian beliau berdalil dengan firman Allah subhaanahu wat’ala,
قُلْ أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ {65} لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ . التوبة: ٦٥ – ٦٦
“Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok? Jangan kamu mencari-cari alasan, sesungguhnya kamu telah kafir sesudah beriman.”[5]
Hendaklah seorang muslim berhati-hati dalam berucap dan berkata. Terutama ketika bila ucapan tersebut berhubungan dengan simbol-simbol agama. Karena hal ini bisa menyebabkan kekufuran sekalipun dalam hal sendagurau dan bercanda.
Imam Ath-Thabari meriwayatkan tentang sebab turun ayat di atas,
عن عبد الله بن عمر قال قال رجل في غزوة تبوك في مجلس ما رأينا مثل قرائنا هؤلاء أرغب بطونا ولا أكذب ألسنة ولا أجبن ثم اللقاء فقال رجل في المجلس كذبت ولكنك منافق لأخبرن رسول الله صلى الله عليه وسلم فبلغ ذلك النبي صلى الله عليه وسلم ونزل القرآن قال عبد الله بن عمر فأنا رأيته متعلقا بحقب ناقة رسول الله صلى الله عليه وسلم تنكبه الحجارة وهو يقول يا رسول الله إنما كنا نخوض ونلعب ورسول الله صلى الله عليه وسلم يقول أبالله وآياته ورسوله كنتم تستهزءون لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم
Dari Abdullah bin Umar رضي الله عنه, ia berkata, seseorang berkata dalam sebuah majlis pada waktu perang Tabuk: “kami tidak melihat seperti mereka ini -para sahabat pembaca Alquran- orang yang paling banyak makan, orang yang paling dusta omongannya, orang yang paling pengecut ketika berperang”. Lalu seseorang dalam majlis tersebut berkata, “kamu telah berbohong, bahkan kamu adalah munafik, Sungguh saya akan beritahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Lalu berita itu sampai kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. Dan turunlah ayat Alquran. Abdullah bin Umar berkata, saya melihat dia bergantung dengan pelana onta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil bebatuan melukai kakinya. Ia berkata, “kami hanya bersendagurau dan bermain-main”. Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah kalian berolok-olok dengan Allah, Ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya? Jangan cari-cari alasan, sesungguhnya kalian telah kafir.“[6]
Termasuk dalam larangan ini memperolok-olokan kisah dan hukum-hukum yang terdapat dalam Alquran. Seperti orang yang memperolok-olokan kisan nabi Luth, bahwa nabi Luth melarang homosex karena kaumnya tidak mau menikahi anak gadisnya. Demikian pula memperolok-olokan hukum qishash, rajam, poligami, hijab (jilbab) dan lain-lain. Hukum rajam dan qishahs dikatakan sebagai hukum sadis, kejam dan memperlakukan manusia seperti binatang. Memakai hijab dikatakan sebagai kebudayaan arab atau disebut wanita ninja dan lain-lain.
Pada zaman sekarang berbagai metode dan gaya dipergunakan untuk memperolok-olokan Alquran dan simbol-simbol agama. Ada yang bergaya sebagai peneliti dan pengkaji, ada bergaya sebagai pemikir terkemuka dan intelek. Mereka mencetuskan kalimat-kalimat kufur tanpa ada rasa malu dihadapan kelayak ramai. seperti ada yang berpendapat kitab yang begitu mulia ini dianggap sudah usang dan kuno, tidak cocok lagi untuk zaman ini. Alquran dituduh tidak adil dalam memperlakukan wanita. Atau yang lebih kufur lagi dianggab kitab yang terporno.
=Bersambung Insya Allah=
Penulis: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra,M.A.
Artikel www.dzikra.com
[1] Lihat Manaqib Asy Syafi’I, 470.
[2] Lihat Ahkaamul Qur’an, 39.
[3] Lihat Syarah Ath Thahawiyah, 69.
[4] Lihat Al Umm: 2/120.
[5] Lihat: Ash Shaarim Al Masluul, 3/956.
[6] Lihat Tafsir Ath Thabari: 10/172.
One thought on “Mengenal Akidah Imam Asy Syafi’i dari Dekat (Seri 2)”